Kamis, 12 Juni 2014

Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada baginda Rasulillah, keluarga dan para sahabatnya. Selain dikenal sebagai syahru shiyam, syahru qiyam, dan syahru Qur'an, Ramadhan juga masyhur dengan syahru muwasah (bulan bersimpati dan menolong) kepada fakir miskin dengan berbagi dan bersedekah. Dan bersedekah ini, termasuk salah satu dari amal utama di bulan yang sangat mulia ini. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam adalah manusia paling dermawan. Dan beliau lebih demawan ketika di bulan Ramadhan. Beliau menjadi lebih pemurah dengan kebaikan daripada angin yang berhembus dengan lembut. Beliau bersabda, "Shadaqah yang paling utama adalah shadaqah pada bulan Ramadhan." (HR. al-Tirmidzi dari Anas) Sesungguhnya sedekah atau shadaqah di bulan Ramadhan memiliki keistimewaan dan kelebihan. Dan ini haruslah menjadi motifasi/pendorong seorang muslim menjadi lebih dermawan pula di bulan yang mulia. Maka pada tulisan ini kami akan tuturkan beberapa sebab pendorong kaum mukminin yang sedang berpuasa Ramadhan untuk lebih dermawan di dalamnya. Antara lain: 1. Kemuliaan zaman (waktu) dan dilipat gandakannya amal-amal shalih di dalamnya. Dalam Sunan al-Tirmidzi, dari Anas bin Malik secara marfu', "Shadaqah yang paling utama adalah pada bulan Ramadhan." 2. Membantu shaimin, qaimin, dan dzakirin untuk menjalankan ketaatan mereka. Inilah yang menjadi sebab ia mendapatkan pahala seperti pahala mereka. Dalam hadits Zaid bin Khalid, dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, beliau bersabda: مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لَا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا "Siapa yang memberi berbuka orang puasa, baginya pahala seperti pahala orang berpuasa tadi tanpa dikurangi dari pahalanya sedikitpun." (HR. Ahmad, al-Tirmidzi, Nasai, dan dishahihkan al-Albani) 3. Bahwasanya bulan Ramadhan adalah bulan di mana Allah berderma (melimpahkan kebaikan) kepada para hamba-Nya dengan mecurahkan rahmat, maghfirah, dan pembebasan dari neraka, terlebih di Lailatul Qadar. Allah Ta'ala akan menyayangi para hamba-Nya yang senang mengasihi yang lain. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, إِنَّمَا يَرْحَمُ اللَّهُ مِنْ عِبَادِهِ الرُّحَمَاءَ "Sesungguhnya Allah akan merahmati para hamba-Nya yang ruhama' (suka mengasihi yang lainnya)." (HR. Al-Buhkari) Maka siapa yang berderma kepada hamba Allah, maka Allah akan berderma kepadanya dengan pemberian dan karunia. Karena balasan itu sesuai dengan jenis amal. . . . Maka siapa yang berderma kepada hamba Allah, maka Allah akan berderma kepadanya dengan pemberian dan karunia. Karena balasan itu sesuai dengan jenis amal. . . 4. Puasa dan shadaqah, keduanya menjadi sebab yang bisa menghantarkan ke surga. Seperti yang terdapat dalam hadits Ali Radhiyallahu 'Anhu, dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, beliau bersabda, "Sesungguhnya di surga terdapat ruangan yang dalamnya bisa dilihat dari luarnya dan luarnya bisa dilihat dari dalamnya." Lalu para sahabat bertanya: "Untuk siapa itu wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, لِمَنْ أَطَابَ الْكَلَامَ وَأَطْعَمَ الطَّعَامَ وَأَدَامَ الصِّيَامَ وَصَلَّى لِلَّهِ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ "Bagi siapa yang baik tutur katanya, memberi makan, kontinyu melaksanakan shiyam, dan shalat malam karena Allah di saat manusia tertidur." (HR. Al-Tirmidzi) Amal-amal ini terkumpul pada bulan Ramadhan, di mana seorang mukmin mengumpulkan shiyam, qiyam, shadaqah, dan berkata yang baik di dalamnya. Pada saat yang sama, orang yang puasa menahan diri dari tindakan lahwun (sia-sia) dan tercela. Shiyam, shadaqah, dan shalat bisa menghantarkan pelakunya kepada Allah 'Azza wa Jalla. Sebagian ulama salaf berkata, "Shalat menghantarkan pelakunya kepada pertengahan jalan, puasa menghantarkannya sampai ke pintu raja, sementara shadaqah meraih tangannya untuk dimasukkannya menemui sang raja." Dalam Shahih Muslim, dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bertanya kepada para sahabatnya, "Siapa di antara kalian di pagi ini yang berpuasa?" Abu Bakar menjawab, "Saya." Beliau bertanya lagi, "Siapa di antara kalian yang sudah mengantarkan jenazah hari ini?" Abu Bakar menjawab, "Saya." Beliau bertanya lagi, "Siapa yang sudah memberi makan orang miskin hari ini?" Abu Bakar menjawab, "Saya." Beliau bertanya lagi, "Siapa yang sudah mengeluarkan shadaqah?" Abu Bakar menjawab, "Saya." Lalu beliau bertanya lagi, "Siapa di antara kalian yang sudah menjenguk orang sakit?" Abu Bakar menjawab, "Saya." Kemudian Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Tidaklah amal-amal tersebut terkumpul pada diri seseorang kecuali ia akan masuk surga." 5. Berkumpulnya puasa dan shadaqah lebih kuat untuk dihapuskannya kesalahan, dipelihara dari jahannam, dan dijauhkan darinya. Lebih lagi, kalau digabung dengan qiyamullail. Terdapat sebuah hadits, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Puasa menjadi tameng." (HR. al-Nasai) Dalam riwayat lain, "Tameng salah seorang kalian dari neraka sebagaimana tameng yang melindunginya dari serangan musuh." (HR. al-Nasai) Dalam hadits Mu'adz, dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, والصَّدقَةُ تُطْفِئُ الخَطيئَةَ كَما يُطفئُ الماءُ النارَ ، وصَلاةُ الرَّجُلِ مِنْ جَوفِ اللَّيلِ "Shadaqah menghapuskan kesalahan sebagaimana air memadamkan api, dan shalat seseorang di tengah malam." (HR. Al-Tirmidzi) Abu Darda' Radhiyallahu 'Anhu berkata, صلوا في ظلمة الليل ركعتين لظلمة القبور، صوموا يوماً شديداً حرُّه لحر يوم النشور، تصدَّقوا بصدقة لشرِّ يوم عسير "Shalatlah dua rakaat di kegelapan malam untuk gelapnya kubur, berpuasalah di hari yang sangat panas untuk (menebus) panasnya hari perhimpunan, dan bershadahlah dengan shadaqah (menebus) untuk hari yang sulit." . . . Berkumpulnya puasa dan shadaqah lebih kuat untuk dihapuskannya kesalahan, dipelihara dari jahannam, dan dijauhkan darinya. . . 6. Dalam pelaksanaan puasa pastilah ada cacat dan kurang, sedangkan puasa bisa menghapuskan dosa-dosa bila puasanya memenuhi syaratnya, yaitu terjaga dari yang seharusnya dipeliharanya. Hal ini seperti yang terdapat dalam hadits yang dikeluarkan Ibnu Hibban dalam Shahihnya. Umumnya manusia, puasanya tidak memenuhi syarat-syarat yang harus dipeliharanya. Oleh karena itu, seseorang dilarang mengatakan: "Aku telah berpuasa atau qiyam Ramadhan secara sempurna." Maka shadaqah menutup kekurangan dan cacat padanya. Karenanya, pada akhir Ramadhan diwajibkan mengeluarkan zakat fitrah sebagai permbersih bagi orang yang berpuasa dari perkara lahwun dan perbuatan tercela. 7. Orang yang berpuasa meninggalkan makan dan minumnya karena Allah. Jika ia menolong para shaimin untuk bertakwa dengan menyediakan makan dan minum untuk mereka maka kedudukannya seperti orang meninggalkan sikap egoisnya karena Allah dengan memikirkan dan membantu yang lain. Karena itu disyariatkan mengajak orang lain untuk berbuka bersamanya yang pada saat itu makanan menjadi sesuatu yang paling disukainya. Jika ia bisa berbagi dengan yang lain, semoga ia menjadi bagian dari orang yang memberi makanan yang disukainya kepada yang lain. Hal itu sebagai wujud syukur kepada Allah atas nikmat dibolehkannya makan dan minum untuknya setelah sebelumnya dilarang. Dan nikmat makan dan minum akan terasa luar biasa setelah sebelumnya tidak dibolehkan. Sebagian ulama salaf saat ditanya tentang hikmah disyariatkan berpuasa menjawab, "Supaya orang kaya merasakan rasanya lapar sehingga tidak lupa terhadap orang-orang kelaparan." Dan ini termasuk hikmah dan faidah pelaksanaan ibadah shaum. Disebutkan dalam hadits Salman, bahwa bulan Ramadhan adalah bulan muwasah (bersimpati/menolong orang lain). Maka siapa yang tidak mampu mengutamakan orang lain atas dirinya maka tidak termasuk orang yang suka menolong. Maka kita lihat banyak ulama salaf yang lebih mengutamakan orang lain saat berbuka, bahkan melayaninya. Adalah Ibnu Umar saat berpuasa, ia tidak berbuka kecuali bersama orang-orang miskin. Jika keluarganya melarangnya, maka ia tidak makan pada malam itu. Dan jika datang seorang pengemis padahal ia bersiap akan makan, maka ia ambil sebagian dari makanan itu lalu ia bawa pergi untuk diberikan kepada pengemis tadi, dan saat ia kembali sisa makanan tadi sudah habis dimakan keluarganya, maka pada saat itu ia berpuasa dan tidak makan apa-apa. 8. Sebab lainnya, kenapa kaum muslimin bersikap dermawan pada bulan Ramadhan ini adalah seperti yang diutarakan oleh Imam Syafi'i, al-Qadhi 'Iyadh, Abu Ya'la, dan lainnya rahimahumullah, "Sesuatu yang paling disuka oleh seseorang dalam menambah kedermawanan di bulan Ramadhan adalah karena mencontoh kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam." Juga karena pada bulan tersebut manusia terdesak dengan kebutuhan pokoknya sementara kesibukan kerja mereka tersita dengan ibadah shaum dan shalat tarawih. Sehingga jika orang kaya berbagi kepada saudara muslimnya yang kurang mampu, ia telah meringankan beban orang lain dan mempermudah urusannya. Dan Allah senantiasa menolong hamba, selama dia gemar menolong sesamanya. . . . kenapa kaum muslimin bersikap dermawan pada bulan Ramadhan:karena mencontoh kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam . . . Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ . . . وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ "Siapa yang menghilangkan kesulitan seorang mukmin dari berbagai kesulitan-kesulitan dunia, niscaya Allah akan menghilangkan kesulitan-kesulitannya hari kiamat. Dan siapa yang memudahkan orang yang sedang kesulitan niscaya akan Allah mudahkan baginya di dunia dan akhirat. . . dan Allah akan senantiasa menolong seorang hamba selama ia mau menolong saudaranya." (HR. Muslim) Hadits tersebut menunjukkan keutamaan memenuhi kebutuhan kaum muslimin, memberi kemanfaatan bagi mereka dengan ilmu, harta, bantuan, nasihat, arahan kepada yang lebih bermanfaat bagi mereka, dan yang lainnya. Wallahu Ta'ala A'lam. [PurWD/voa-islam.com] - See more at: http://www.voa-islam.com/read/tsaqofah/2013/07/27/26032/hikmah-banyak-sedekah-di-bulan-ramadhan/#sthash.TC9QgzrX.dpuf


Cetak E-mail
Lazim kita ketahui, bahwa agama Islam ini penuh dengan perumpamaan simbol dan lambang- lambang.Hal ini,kiranya diciptakan Allah Ta’ala untuk memudahkan dan membuat kita akrab dengan ajaran agama, dengan merasakan suasana yang sepenuhnya kita sadari dan alami.Misalnya, ada hadits, “Miftahul Jannah La Ilaha Illa Llah”, (Kunci surga itu adalah pengucapan (penghayatan,pengamalan) bahwa Tiada Tuhan melainkan Allah).
Dalam konteks puasa Ramadhan, yang sedang kita laksanakan bersama ini. Puasa disebut Nabi Muhammad Shalallah alaih wasallam sebagai pintu ibadah.Nabi bersabda “ Li kulli Syaiin Babun, wa Babul Ibadah as Shaumu”,(Setiap segala sesuatu itu ada pintunya, dan pintu ibadah adalah puasa). (H.R. Ibn Al-Mubarak dalam Az-zuhud )
Menimbang  penting dan  kegunaan ibadah puasa ini,maka ia kerap diberlakukan sebagai ibadah terapis sebagai penangkal tumbuh liarnya nafsu syahwat libido,misalnya dalam hadits riwayat Imam Al Bukhari dari Ibn Mas’ud, dapat kita telaah anjuran Rasulullah Muhammad kepada para pemuda yang belum memiliki persiapan matang untuk menikah,dianjurkan untuk berpuasa, yang dalam bahasa beliau disebut  sebagai Wija’ (alat kendali).
Dalam telaah  Sayyid Haidar Al Amuly misalnya, penulis “ Asrarus Syariah wa Athwarul Thariqah wa Anwarul Haqiqah”,   puasa disebut sebagai pintu ibadah dikarenakan ia berfungsi terhadap  dua hal.Pertama, puasa dapat mencegah sesuatu yang dilarang agama dan kedua, puasa adalah bentuk penyerangan terhadap godaan syaithan.Detailnya adalah sebagai berikut.
Pertama,puasa berpotensi mencegah  hal- hal yang dilarang, mencegah diri dari nafsu syahwat dan bahwa puasa itu adalah ibadah eksklusif, yakni ibadah rahasia yang hanya diketahui oleh Allah. Berbeda dengan shalat, zakat dan ibadah  selain keduanya yang masih mungkin dilihat sesama, sehingga dikhawatirkan tersusupi perasaan bangga dan bertindak pamer.Padahal bukankah telah maklum, bahwa keduanya adalah penyebab utama tertolaknya suatu ibadah dan ketaatan.
Kedua, puasa adalah sebentuk penyerangan terhadap syaithan, sebagai musuh Allah dan kita semua. Disebut menyerang syaithan, karena ia tidak akan mampu menggoda manusia, kecuali dengan jalan pemenuhan nafsu syahwat. Nah, rasa lapar dan dahaga adalah upaya preventif untuk menaklukkan segala nafsu syahwat yang tidak lain adalah piranti syaithan untuk menggoda manusia.
Jika piranti ini ditiadakan, adalah menjadi niscaya pula  hilangnya aktivitas godaan itu.Karena itu, Nabi Muhammad bersabda : “ Sesungguhnya syaithan itu menyusuri putra  Adam, sebagaimana aliran darah, maka sempitkan alirannya dengan lapar”.Dengan hadits ini, kita dapat memahami makna hakikat hadits Nabi yang diriwayatkan Abu Hurairah bahwa Nabi Saw pernah bersabda :
“Apabila bulan Ramadhan tiba, pintu-pintu surga dibuka dan pntu-pintu neraka ditutup. Syaithan-syaithan dibelenggu. Maka berserulah seorang penyeru : “Hai siapa yang menginginkan kebaikan datanglah! Dan siapa ingin (melakukan) kejahatan, cegalah dirimu! (H.R. Turmidzi, Ibnu Majah dan Al-Hakim)
Dari komparasi dua hadits di atas,kiranya telah jelas bahwa yang dimaksud syaithan dibelenggu, lebih mengena diartikan bahwa peluang dan piranti  syaithan untuk menggoda manusia di bulan puasa Ramadhan  benar- benar ditutup, dikendalikan dengan terapi lapar manusia yang berpuasa.Dengan ditutupnya peluang melakukan dosa bermakna neraka siksaan telah pula ditutup dan yang tinggal kemudian adalah bekerjanya nurani manusia untuk kembali pada jalan Allah yang membawanya menuju surga keridhaan Allah Ta’ala.
Semuanya kemudian kembali pada pribadi kita masing- masing untuk mengetuk dan mau membuka pintu ibadah ini.Kita sambut dan  jemput dengan gempita peluang berharga yang dihadiahkan Allah Ta’ala ini, yang dengan puasa ini,ibadah- ibadah atau penghambaan yang lain menjadi terbuka dan mudah untuk dimakna dan dijalankan.

*Penulis adalah Pengajar di Pondok Pesantren Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang
Ramadhan dan Nuzulul Qur'an Cetak E-mail

Bulan Ramadhan adalah bulan yang paling mulia bila dibandingkan dengan bulan yang lain. Karena di dalam bulan Ramadhan ada Lailatul Qadar, segala dosa umat manusia diampuni dan segala amal perbuatan kebaikan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah Swt. dan di dalam bulan Ramadlan al-Qur’an pertama kali di turunkan. Peristiwa tersebut tidak pernah ada pada selain bulan Ramadhan. Selain kitab al-Qur’an Allah juga menurunkan kitab-kitab samawi yang lain seperti kitab Taurot, Zabur dan Injil. Hanya saja hukum syariat Islam yang tertuang di dalam masing-masing kitab tersebut satu sama lain tidak sama tetapi dalam masalah ketauhidan (ketuhanan) semua kitab sama yakni sama-sama mengajarkan kepada umat manusia agar menyembah dan meng-Esa-kan Allah SWT.
Al-Qur’an adalah mukjizat nabi Muhammad Saw yang paling agung bila dibandingkan dengan Mukjizat-mukjizat yang lain yang dimiliki oleh beliau Nabi dan atau bila dibanding dengan mukjizat-mukjizat lain yang dimiliki oleh para Nabi sebelum Nabi Muhammad. Adalah wajar jika sampai saat ini bahkan sampai hari kiamat nanti keaslian al-Qur’an masih tetap terjaga. Karena mustahil tidak ada satu orangpun di dunia ini yang dapat memalsukan/merubah ayat-ayat al-Qur’an apalagi mampu menyaingi keindahan kalam-kalam al-Qur’an. Seorang orientalis Barat yang bernama H.A.R Gibb pernah mengatakan bahwa “ Tidak ada seorang pun dalam seribu lima ratus tahun ini yang telah memainkan alat bernada nyaring yang sedemikian nyaring dan indah serta sedemikian luas getaran jiwa yang diakibatkannya, seperti yang di baca Muhammad (al-Qur’an)”. Itulah barangkali salah satu bukti keagungan al-Qur’an.
Al-Qur’an adalah mukjizat terbesar yang diberikan Allah Swt kepada nabi Muhammad Saw. 14 abad yang silam. al-Qur’an memiliki ciri khas tersendiri yang tidak dimiliki oleh mukjizat yang lain yang hanya bisa dinikmati dan disaksikan pada zamannya saja. Sejak pertama kali diturunkan al-Qur’an telah mampu merubah arah dan paradigma peradaban ummat manusia dari kesesatan menuju kebenaran dan kebahagian dunia maupun akhirat. Hal ini merupakan salah satu pengaruh ajaran dan ilmu pengetahuan yang terkandung dalam al-Qur’an.
Al-Qur’an pertama kali diturunkan pada malam Lailatul Qadar tanggal, 17 Ramadhan tepatnya saat beliau Nabi Muhammad Saw berusia 40 tahun. al-Qur’an diturunkan ke bumi tidak sama dengan kitab-kitab sebelumnya yang diturunkan hanya satu kali langsung selesai. Tetapi al-Qur’an diturunkan dengan cara berangsur-angsur atau sedikit demi sedikit (bertahap) sesuai dengan kebutuhan atau sesuai dengan permasalah yang terjadi saat itu untuk memberikan jawaban atas permasalah yang dihadapi para Sahabat nabi kala itu.
Al-Qur’an diturunkan (Nuzulul Qur’an) membutuhkan waktu yang cukup lama yaitu selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Apa hikmahnya? Adalah untuk menguatkan rasa cinta hati nabi Muhammad dan para sahabat nabi agar selalu merasa senang setiap kali turunnya ayat al-Qur’an. Disamping itu, al-Qur’an diturunkan dengan cara berangsur-angsur agar supaya para sahabat lebih mudah menghafalkan ayat-ayat al-Qur’an yang telah diturunkan lebih dahulu.
al-Qur’an diturunkan ada kalanya yang mempunyai sebab (Asbab an-Nuzul) seperti ayat al-Qur’an yang diturunkan untuk menjawab sebuah pertanyaan dari permasalah yang dihadapi para sahabat Nabi kala itu, ataupun pertanyaan yang disampaikan oleh orang-orang kafir. Namun ada juga ayat al-Qur’an yang diturunkan tetapi tidak mempunyai Asbab an-Nuzul seperti ayat al-Qur’an yang diturunkan untuk menceritakan umat-umat Nabi terdahulu atau menjelaskan tentang perkara-perkara gaib yang akan terjadi di hari nanti. Seperti ayat al-Qur’an yang menjelaskan tentang surga atau neraka, ataupun ayat al-Qur’an yang menggambarkan tentang kejadian hari kiamat nanti, ayat-ayat al-Qur’an yang seperti itu diturunkan tidak mempunyai \Asbab an-Nuzul. Ayat al-Qur’an seperti itu, diturunkan oleh Allah dimaksudkan untuk memberikan hidayah kepada umat manusia agar mau mengambil hikmah dari semua kejadian yang diceritakan oleh al-Qur’an terutama ayat al-Qur’an yang menceritakan tentang adzab, musibah dan bencana dari Allah yang diturunkan kepada ummat-ummat terdahulu yang merupakan akibat dari perbuatan dosa yang telah mereka lakukan. Sehingga kita semua mau kembali ke jalan yang benar yang diridhoi oleh Allah Swt untuk tidak melakukan dosa dan maksiat kepada Allah Swt.
Al-Qur’an diturunkan oleh Allah Swt. sebanyak 30 juz, 114 surah, 6.236 ayat. Isi kandungannya dibagi menjadi tiga bagian. Sebagian dari isi al-Qur’an menjelaskan tentang sifat wajib Allah. Sebagian yang lain isi kandungan al-Qur’an menjelaskan tentang hukum-hukum syariat Islam dan sebagian diantaranya menceritakan tentang kejadian dan perilaku umat nabi terdahulu baik umat yang beriman kepada Allah ataupun umat yang inkar kepada-Nya.
Ada sebuah pertanyaan yang sangat sederhana. al-Qur’an adalah kalamullah (Firman Allah), Kalamullah secara tinjauan ilmu tauhid adalah sesuatu yang tidak ada huruf dan tidak ada suaranya, ( Maa laisa biharfin walaa sautin ) tapi kenapa al-Qur’an yang merupakan kalamullah ternyata ada huruf dan ada suaranya bila dibaca? Dalam sebuah keterangan dijelaskan bahwa kalamullah terbagi menjadi 2 (dua) bagian:
1. Ada kalamullah sebangsa sifat yang maha terdahulu yang melekat pada dzatnya Allah. Kalamullah seperti itu yang tidak ada huruf dan suaranya;
2. Ada Kalamullah sebangsa lafadz yang diturunkan kepada para Nabi/Rasul, Kalamullah yang seperti ini yang ada huruf dan suaranya. Seperti al-Qur’an, Taurot, Injil dan Zabur.
Untuk itu, dengan momentum bulan Ramadlan ini mari kita sama-sama untuk membudayakan agar rumah, kantor, masjid/mushola dan sekolahkita selalu dihiasi dengan bacaan al-Qur’an. Jadikan generasi muda kita generasi yang cinta al-Qur’an, jadikan hidup kita agar selalu berpegang teguh dengan ajaran al-Qur’an. Insya Allah semakin sering kita membaca dan mengamalkan perintah al-Qur’an semakin besar harapan kita untuk mendapatkan syafa’at dari al-Qur’an di hari Kiamat nanti. Amiin.
Abdul Rofi’ Afandi
DIREKTUR
MA’HAD ALY ASY-SYAFI’IYAH
Kedungwungu Krangkeng Indramayu

“Ramadhan Telah Tiba”. Sekelumit kata yang kadang banyak diantara kita yang beraneka ragam dalam menyikapinya. Diantara kita ada yang mengatakan:

A: Wah… Alhamdulillah Ramadhan sudah dekat, aduh senangnya aku…
B: Ooohh… dah mo Ramadhan lagi? Gak ngrasa ane, ya sudahlah jalani aja…
C. Eit dah! Ampuuunn… besok dah mau Ramadhan, waduh..puasa lagi.. ah gk seru..

Sekilas memang kalau kita jujur tentu kita banyak yang terjebak digolongan orang yang ke-2. Yang melihat ramadhan hanya sebatas untuk rutinitas puasa belaka, tidak ada yang special dalam menyambutnya, dan bahkan na’udzubillah jika kita malah tidak senang, benci dengan hadirnya bulan suci Ramadhan.

Ketahuilah wahai saudaraku….
Bulan Ramadhan adalah bulan yang terlalu banyak kelebihannya. Di dalamnya terdapatnya malam lailatul Qadar yaitu malam kemuliaan yang lebih baik dari 1000 bulan. Pada bulan tersebut Allah membuka pintu syurga, menutup pintu neraka dan mengikat syaitan-syaitan untuk memberi peluang kepada manusia membersihkan diri mereka sebersih-bersihnya. Amal-amal ibadah dan kebajikan digandakan Allah di mana yang sunat diberi pahala wajib/fardhu dan yang fardhu menyamai 70 fardhu di bulan-bulan yang lain. Amat banyak kelebihan bulan Ramadhan yang kesemuanya insya Allah akan kita bentangkan satu persatu dalam risalah kecil ini.

Sekarang ini kita berada di bulan Sya’ban. Inilah masanya kita menanam ‘azam untuk kita merebut segala kelebihan Ramadhan yang dijanjikan Allah. Jika Ramadhan tahun lalu kita lalai sehingga tanpa disadari Ramadhan tiba-tiba berlalu begitu saja dan kita ketinggalan merebut kelebihannya, maka pada tahun ini kita diberi peluang sekali lagi oleh Allah. Maka janganlah sia-siakan peluang kali ini karena mungkin jadi inilah Ramadhan terakhir buat kita. Kematian datang tidak menentu. Oleh itu, hendaklah kita senantiasa bersedia dan siap siaga. Rebutlah peluang semasa hayat masih ada ini supaya di akhirat kita tidak menyesal dengan sesalan yang tiada gunanya lagi.

Mumpung Allah masih memberi kesempatan tersebut, maka mari kita siapkan diri kita untuk menjemput dan menyambut bulan suci Ramadhan dengan amalan-amalan yang baik nan bermanfaat.
Berikut beberapa amalan yang pantas kita persiapkan menjelang datangnya Ramadhan:

1, Kenali Ramadhan dengan baik

Tak kenal maka tak saying, begitulah kira-kira ungkapan yang pas agar kita lebih mengenal tentang bulan Ramadhan. Kenali ramadhan dengan baik, apa dan bagaimana ramadhan itu, agar kita semakin senang saat sudah masuk didalamnya. Dan sedih saat kita harus pisah darinya.

2, Membaca kembali kelebihan-kelebihan bulan Ramadhan

Setelah kita mengenal dan akrab dengan bulan Ramadhan, maka kewajiban kita adalah mengetahui secara pasti dan terperinci tentang kelebihan-kelebihan yang ada dalam bulan Ramadhan, agar kita dapat menggapai kelebihan-kelebihan tersebut saat kita didalamnya dan tidak menyesal saat kita tidak mendapatkannya selain di bulan Ramadhan.

3, Perbaiki hubungan dengan Allah melalui taubat nashuha

Jikalah kita mengatakan bulan Ramadhan adalah bulan suci, maka layakkah kita menyambutnya dengan hati dan raga yang tidak suci? Maka sebelum kita memasuki bulan suci tersebut, mari kita sucikan diri kita, kita sucikan hati kita dari segala hal yang dapat merusak dan mengotori kesucian bulan Ramadhan, segeralah kita bertaubat kepada Allah dari segala dosa, pasti Allah akan mengampuni dosa-dosa kita.

4, Perbaiki hubungan dengan sesama

Salah satu cara kita untuk mensucikan diri sebelum datangnya bulan suci Ramadhan adalah dengan memperbaiki hubungan kita kepada sesame, khususnya dari orang-ornag yang terdekat dengan kita. Sebab bisa jadi mereka yang teraniaya/terdholimi oleh perbuatan kita malah menghambat doa dan permintaan kita selama Ramadhan.

5, Siapkan Al-Quran

Sudahkah kita mempersiapkan al Quran? Berapa kali khatamkah rencana kita selama Ramadhan? Atau berapa lembar/juzkah dalam sehari? Yah.. semua itu perlu kita persiapkan saat ini juga. Jika al Quran masih belum punya, so tunggu apa lagi? Beli dan baca mulai dari sekarang juga.

6, Bayar hutang puasa tahun lalu

Masihkan kita punya hutang puasa Ramadhan tahun lalu? Jika masih ada, apa yang kita tunggu? Segera kita selesaikan segala hutang-hutang kita, baik hutang materi, hutang puasa dst. Sehingga hal tersebut tidak menambah beban bagi kita saat kita masuk bulan Ramadhan yang tinggal menghitung hari ini.

7, Siapkan budget lebih untuk sedekah puasa

Yups, ini sangat penting sekali. Jangan sampai kita lengah untuk menyisihkan sebagian harga kita saat bulan Ramadhan. Meski hanya seribu/dua ribu namun hal tersebut akan bernilai besar jika kita menginfakkan dan menyedekahkannya dibulan suci Ramadhan. Mari kita sisihkan sebagian upah kita untuk persiapan nanti saat tiba waktunya Ramadhan.

8, Jaga kesehatan, karena puasa dan Qiyamul Lail membutuhkan kesehatan fisik.

Dan persiapan yang tak kalah pentingnya adalah menjaga kesehatan mulai saat ini juga, jangan sampai kita jatuh sakit sehingga Ramadhan kita terganggu dengan sakit tersebut yang menyebabkan kita tidak sanggup untuk beribadah dengan maksimal.

Demikianlah beberapa amalan dan tips agar kita maksimal dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Ingat.. Ramadhan telah tiba, apa yang telah kita siapkan?

Penulis: Ari Suharyadi
Artikel: www.solusiislam.com
Cetak E-mail

Puasa pada hakikatnya adalah riyadah dan mujahadah (upaya latihan dan perjuangan dan terapi penahanan nafs diri atau jiwa) dari ketidakseimbangan pendayagunaan tiga potensi, yaitu akal, kemarahan, dan syahwat. Akal yang tidak didayagunakan secara baik akan melahirkan manusia yang sombong dan durhaka, kemarahan yang tidak digunakan dengan baik akan membawa manusia kesembronoan tindakan, dan syahwat yang tidak terkendali akan membawa manusia pada pemuasan nafsu kebinatangan. Keseimbangan potensi akal, marah, dan syahwat akan membawa manusia pada keutamaan jiwa atau empat kebajikan utama yang meliputi kebijaksanaan, keberanian, keterjagaan diri dan moderasi ketiga potensi itu akhirnya membawa pada keadilan sikap. Manusia yang memiliki keempat sifat ini dinyatakan oleh Imam Al-Ghazali dalam kitab Mizan al-‘Amal sebagai orang yang berakhlak baik, dan pada gilirannya akan membawanya pada kebahagiaan.
Apakah kemudian keutamaan akhlak yang membawa kebahagiaan ini dengan mudahnya dapat dicapai oleh seorang muslim yang berpuasa? Jika ia berpuasa dengan baik, dalam pengertian manusia benar-benar menghayati terapi pembiasaan, pelatihan dan penahanan diri ini, niscaya jawabannya adalah “iya”, insya Allah.
Kebahagiaan merupakan tuntutan dan tujuan manusia dari sejak dahulu hingga akhir zaman. Kebahagiaan dengan demikian adalah capaian yang niscaya. Namun kenyataannya, sebagian manusia hanya mengejar kebahagiaan atau kenikmatan jasad yang meliputi kesehatan, kekuatan, keelokan, dan panjang umur, kebahagiaan eksternal yang meliputi harta, keluarga, kemuliaan dan kehormatan keturunan, namun melupakan kebahagiaan akhirat, dan kenikmatan  taufik Allah. Disangkanya kesempurnaan,  keterpenuhan hasrat perut, dan seksualitas adalah tujuan dan puncak kebahagiaan. Padahal, ketika manusia lupa pada tujuan penciptaannya, maka hakikatnya pada saat itu ia tidak berbeda dengan binatang ternak yang dikuasai dorongan-dorongan biologisnya.
Puncak kebahagiaan dunia adalah kemuliaan, kedudukan, kekuasaan, dan keterlepasan dari kesedihan dan kegundahan, dan senantiasa dalam kesenangan dan kegembiraan. Sementara itu kebahagiaan akhirat sebagai kebahagiaan puncak adalah keterlepasan dari kesedihan dan kegundahan, dan senantiasa dalam kesenangan dan kegembiraan untuk selama-lamanya. Namun untuk mencapai kesemuanya pun menurut Al-Ghazali harus pula dengan ilmu dan ‘aktifitas’ amal.
Dihubungkan dengan kebahagiaan puncak, maka empat kebajikan utama yang berasal dari moderasi diri atau kebahagiaan jiwa merupakan prasyarat utama menuju kebahagiaan puncak tersebut. Karena subjek utama kebahagiaan itu adalah jiwa. Sebagaimana ditegaskan Nabi Muhammad sebagai berikut. Dari Nu’man ibn Basyir berkata : saya mendengar Rasulullah bersabda yang artinya: “Ingatlah bahwa sesungguhnya di dalam jasad ada segumpal daging, ketika ia baik, baik pula seluruh jasad itu, dan ketika rusak, rusak pula seluruh jasad itu, ingatlah ia adalah hati (H.R. al-Bukhari).
Mencapai kebahagiaan mutlak menghajatkan penyempurnaan jiwa dan hal itu meniscayakan untuk mengetahui keutamaan-keutamaan jiwa.  Dinyatakan oleh Mahmud Zaqzuq bahwa keutamaan itu adalah kesiapan terus menerus untuk mengerjakan kebaikan.
Menurut al-Ghazali, dalam Mizan al-‘Amal, kebahagiaan itu dapat dicapai dengan mensucikan jiwa serta menyempurnakannya dengan riyadah, mujahadah dan tabattul (beribadah menghadap penuh pada Allah) dengan cara mencapai keutamaan-keutamaan jiwa. Keutamaan jiwa ini dalam pandangan Al-Ghazali juga termasuk pokok-pokok agama atau ushul al-din.
Yang dimaksudkan al-Ghazali sebagai amal yang membawa kebahagiaan tidak lain adalah latihan atau riyadah memerangi syahwat diri. Dengan meminimalkan godaan shahwat itu juga akan meminimalkan  sebab-sebab atau faktor kegundahan. Dan memang tidak ada jalan untuk melenyapkan hal itu, kecuali dengan riyadah atau mujahadah (latihan dan perjuangan). Kesemuanya ini disebut ‘amal’ yang mengantarkan pada kebahagiaan. Al-Ghazali menyatakan:
Adapun yang dimaksud dengan ‘amal’ tidak lain adalah melatih syahwat nafsaniyah, memperbaiki atau memenjarakan  kemarahan dan memotong sifat- sifat ini, sehingga tunduk pada akal dan tidak dapat menguasai akal itu, juga menundukkannya untuk memenuhi kehendak. Barangsiapa yang mampu menundukan syahwat, maka dialah manusia merdeka sejati, bahkan pemilik atau raja. Meminimalkan shahwat berarti juga meminimalkan sebab- sebab atau sarana kegelisahan kesedihan dan tidak ada jalan untuk memalingkan syahwat kecuali dengan riyadah dan mujahadah (inilah yang disebut ‘amal).

Dalam halaman lain al-Ghazali menyatakan bahwa yang dimaksud dengan amal itu adalah memecah syahwat dengan cara memalingkan kekeruhan jiwa menuju dimensi vertikal, agar terhapus dari pengaruh jiwa kotor, hubungan rendah yang terkait dengan dimensi rendah.
Amal dapat pula dimaknakan dan dikaitkan atau dikembalikan  dengan mujahadat al-nafs dengan menghilangkan sesuatu yang tidak sepatutnya. Tentang arti mujahadah dikatakan oleh al-Ghazali bahwa ia adalah mengobati jiwa dengan cara mensucikannya untuk memperoleh kebahagiaan.
Hal tersebut sesuai dengan Al-Qur’an surat Al-Syams ayat 9-10 yang mendeskripsikan keberuntungan manusia yang mensucikan jiwanya, dan kerugian manusia yang mengotori jiwanya (Qad Aflaha Man Zakkaha wa Qad Khaba Man Dassaha).
Dalam amatan al-Ghazali ada tiga kategori manusia dalam memerangi hawa nafsu. Pertama manusia yang dikalahkan dan dikuasai hawa nafsunya. Kedua,  terjadi pertarungan antara jiwa dengan nafsu silih berganti, kadang nafsu menguasai dan kadang dikuasai. Ketiga, dapat mengalahkan dan menguasai hawa nafsu laksana raja. Hendaknya manusia jenis pertama dapat mencapai derajat kedua, dan derajat kedua dapat mencapai derajat ketiga.
Al-Ghazali kemudian menyangkal dugaan sementara manusia yang menyatakan bahwa akhlak itu tidak dapat diubah. Al-Ghazali berargumentasi bahwa seandainya akhlak itu tidak dapat diubah, niscaya kita tidak akan diperintahkan untuk memperbagus akhlak kita, sebagaimana sabda Nabi Muhammad, “Hassinu Akhlaqakum” dan akan sia-sia aneka wasiat nasehat motivasi berbuat baik dan teguran. Bukankah hewan pun dapat dididik menjadi lebih baik.
Menurut Al-Ghazali segala yang diciptakan Allah itu tidak lepas dari dua kemungkinan. Pertama, tidak dapat diubah dengan perbuatan atau usaha manusia, seperti langit, bintang,dan  anggota badan kita. Kedua, ciptaan Allah yang menerima kesempurnaan  setelah ditemukan syarat-syarat pendidikan dengan memaksimalkan ikhtiar. Proses demikian dapat diamati misalnya dari biji kurma yang berubah menjadi pohon kurma dengan pemeliharaan. Konteks puasa sebagai upaya penundukan nafsu ammarah (kemarahan dan syahwat) adalah dalam rangka perbaikan atau pendidikan akhlak ini.
Memang melepaskan akhlak tercela yaitu syahwat dan amarah (ghadab) tidak akan tercapai seketika. Namun jika manusia berkehendak mengendalikan dan memaksa syahwat dan ghadab itu dengan mujahadah dan riyadah yang tujuannya adalah untuk menyempurnakan jiwa dan juga membersihkannya, niscaya manusia akan  mampu.
Nah, semoga dengan puasa yang kita jalankan selama sebulan di tiap tahun ini, kita dapat memaknai pendidikan riyadah dan mujahadah ini dengan lebih baik, sehingga dapat mengantarkan kita pada kebahagian jiwa yang pada gilirannya nanti membawa pada kebahagiaan akhirat. Amin.

Cetak E-mail
Fenomena menarik di Indonesia, menjelang bulan puasa maupun lebaran, yang hampir terjadi setiap tahunnya adalah kontroversi penentuan awal bulan Ramdlan dan Syawal. Kontroversi ini terjadi di beberapa organisasi keagamaan dan lembaga pemerintahan yang ada di Indonesia. Untuk mengetahui masuknya awal bulan, ada beberapa organisasi di antara sekian banyak organisasi keagamaan bersikeras mengaplikasikan secara independen metodologi hisab maupun rukyat. Namun ada juga yang lebih memilih untuk melakukan kalaborasi antara keduanya.

Ternyata, dinamika keagamaan seperti ini sulit dikendalikan. Apalagi masing-masing dari mereka sama-sama merasa telah mengantongi legalitas agama dan merasa sebagai kelompok yang mampu mengimplementasikan firman Allah dan sabda rasul-Nya. Sebuah realita yang patut disayangkan; bagaimana mungkin dalam sebuah negara mempunyai begitu banyak otoritas dalam memberikan rekomendasi masuknya awal bulan Ramadlan maupun Syawal, sebagai tanda umat Islam mempunyai kewajiban berpuasa dan berhari raya.
Memang, sejauh ini, realita sosial masing-masing organisasi keagamaan masih mampu menunjukkan sikap toleransi, meskipun dalam tataran praktis di kalangan tertentu masih tetap terkontaminasi, sehingga perbedaan itu berpotensi menciptakan terjadinya sentimen keagamaan di luar paham kelompoknya. Inilah sebuah problem yang tentunya membutuhkan gagasan solutif agar semua pihak tidak terjebak pada pola berfikir particular dan parsial sehingga mampu menciptakan pola berfikir multidimensional dan komprehensif.

II. Legalisasi Metodologi Rukyah dan Hisab

Membicarakan metodologi rukyah --dalam konteks Indonesia-- tentunya tidak lepas dari organisasi besar Nahdlatul Ulama (NU). Setiap menjelang bulan puasa dan hari raya, organisasi ini secara konsisten menggunakan metode rukyah sebagai skala prioritasnya, daripada metode hisab. Legalitas metodologi rukyah yang digunakan bertendensi adalah al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 185 dan banyak Hadits yang secara eksplisit menggunakan redaksi “rukyah” dalam menentukan awal bulan awal puasa dan hari raya. Oleh karena itu –menurut mereka, dengan mengacu pada pendapat mayoritas ulama—hadits mengenai rukyah tersebut mempunyai kapasitas sebagai interpretasi al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 185 tersebut di atas. Jika bentuk perintah pada redaksi Hadits sekaligus praktek yang dilakukan pada pereode nabi telah jelas menggunakan rukyah, mengapa harus menggunakan metode hisab?

Pada kesempatan lain, organisasi keagamaan semisal Muhammadiyah bersikeras menggunakan metodologi hisab dan meyakini bahwa metode ini sebagai metode paling relevan yang harus digunakan umat Islam dewasa ini. Argumen ini mengemuka salahsatunya mengacu pada aspek akurasi metodologis-nya. Menurut mereka, polusi, pemanasan global dan keterbatasan kemampuan penglihatan manusia juga menyebabkan metode rukyah semakin jauh relevansinya untuk dijadikan acuan penentuan awal bulan.

Semangat al-Qur’an adalah menggunakan hisab, sebagaimana terdapat pada surat al-Rahman ayat 5. Di sana menegaskan bahwa matahari dan bulan beredar dengan hukum yang pasti dan peredarannya itu dapat dihitung dan diteliti. Kapasitas ayat ini bukan hanya bersifat informative, namun lebih dari itu, ia sebagai motifasi umat Islam untuk melakukan perhitungan gerak matahari dan bulan.

Mengenai redaksi “syahida” dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 185 itu bukanlah “melihat” sebagai interpretasinya, namun ia bermakna “bersaksi”, meskipun dalam tataran praktis pesaksi samasekali tidak melihat visibilitas hilal (penampakan bulan).

Memang, banyak hadits secara eksplisit memerintahkan untuk melakukan rukyah, ketika hendak memasuki bulan Ramadlan maupun Syawal. Namun redaksi itu muncul disebabkan kondisi disiplin ilmu astronomi pereode nabi berbeda dengan pereode sekarang, dimana kajian astronomi sekarang jauh lebih sistematis sekaligus akurasinya lebih dapat dipertanggungjawabkan. Nabi sendiri dalam sebuah hadisnya menyatakan bahwa: ”innâ ummatun ummiyyatun, lâ naktubu wa lâ nahsubu. Al-Syahru hâkadzâ wa hâkadzâ wa asyâra biyadihi”, Artinya: “Kita adalah umat yang ummi, tidak dapat menulis dan berhitung. Bulan itu seperti ini dan seperti ini, (nabi berisyarat dengan menggunakan tangannya)”. Jadi, mempriotiaskan metode hisab merupakan sesuatu yang tidak mungkin dilakukan pada pereode nabi.

III. Analisa, Solusi dan Penutup

Menurut hemat Penulis, metodologi hisab dan rukyah merupakan dua komponen yang mempunyai korelasi sangat erat dan hampir tidak dapat dipisahkan. Rasanya tidak tepat jika dalam penentuan awal bulan hanya murni menggunakan metode rukyah. Sebab, meskipun telah dilengkapi dengan teknologi teleskop, ada banyak problematika yang harus dihadapi, semisal adanya polusi, pemanasan global dan kemampuan mata yang terbatas, sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Begitu juga sebaliknya, tidak tepat jika dalam penentuan awal bulan hanya menggunakan metode hisab. Alasan paling mendasar adalah fakta empiris metodologi ini bermula dari sebuah riset para astronom, sedangkan obyeknya adalah "melihat" peredaran matahari dan bulan. Memang, dipandang dari akurasi metodologisnya, hisab lebih unggul dibanding rukyah. Tingkat kesalahan metodologi hisab jauh lebih kecil dibanding metodologi rukyah. Namun, bagaimanapun juga hasil ilmiah apapun tidak akan pernah dapat dipertanggungjawabkan jika pada akhirnya tidak sesuai dengan fakta.

Telah jelas kontroversi metodologi hisab maupun rukyah --secara aplikatif-- merupakan persoalan furu’iyyat (hukum cabang). Tentunya perbedaan-perbedaan yang ada tidak perlu dibesar-besarkan. Namun, fenomena kontroversial itu tidak dapat dibiarkan bagitu saja, mengingat dampak arus bawah yang timbul begitu signifikan. Pada dasarnya itsbat (keputusan) penetapan bulan Ramadlan maupun Syawal adalah hak preogratif pemerintah (Departemen Agama) secara otoritatif. Apalagi telah jelas, pemerintah selama ini mampu mengakomodir semua aspirasi organisasi keagamaan di Indonesia, dengan mengundang masing-masing delegasi untuk melakukan rukyat sekaligus hisab. Jadi, sama sekali tidak salah, jika mulai dari sekarang masing-masing organisasi mencoba untuk menghormati otoritas pemerintahan ini. Wallahu a’lam.

Muhammad Nurul Ahsan (Al-Azhar University)

Senin, 19 Mei 2014


Seperti sekilas telah dibahas pada artikel Kerajaan Demak Bintoro, Demak adalah kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Kerajaan ini berdiri pada akhir abad ke-15. Letaknya di daerah Bintoro dekat muara Sungai Demak. Pusat kerajaannya terletak antara pelabuhan Bergota dan Jepara. Daerahnya semula hanya sekitar Demak dan merupakan bagian wilayah Majapahit. Kemudian memisahkan diri dari Majapahit dan berdiri menjadi Kerajaan Demak.
Raden Patah adalah salah seorang murid Sunan Ampel di Jawa Timur. Setelah masuk Islam dan dibantu oleh para wali, Raden Patah berhasil menanamkan pengaruhnya di Majapahit. Setelah itu, Demak semakin maju. Adapun faktor-faktor pendorong kemajuannya adalah sebagai berikut:
  1. Letaknya strategis di daerah pantai, sehingga terbuka hubungan dengn dunia luar.
  2. Pelabuhan Bergota di Semarang merupakan pelabuhan ekspor-impor yang penting bagi Demak.
  3. Memiliki sungai sebagai penghubung daerah pedalaman, sehingga membantu pengangkutan hasil pertanian beras sebagai komoditas ekspor utama.
  4. Runtuhnya Majapahit oleh Demak membuatnya berkembang pesat.
Setelah itu, ada beberapa raja yang pernah memerintah kerajaan Demak, antara lain:
1. Raden Patah (1478 - 1518)
Raden Patah adalah pendiri dan raja pertama di Demak. Pada masa pemerintahannya mengalami perkembangan yang sangat pesat. Dengan bantuan para wali, Demak diperluas hingga meliputi Jepara, Pati, Rembang, Semarang, kepulauan di selat Karimata dan beberapa daerah di Kalimantan. Kerajaan ini menguasai beberapa pelabuhan penting seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Jaratan dan Gresik.
Perannya dalam penyebaran agama Islam sangatlah besar. Dengan bantuan Sembilan Wali (Wali Songo), Demak menjadi pusat penyebaran agama Islam di Jawa dan wilayah Nusantara bagian timur. Oleh para wali, di Demak didirikan Masjid Agung Demak yang masih berdiri kokoh hingga sekarang.
Murid-murid para wali ini tidak hanya orang Jawa. Di antara murid-murid itu ada yang berasal dari daerah Banjarmasin (Banjar), Makasar, Ternate dan Ambon. Di daerah-daerah kekuasaan Demak seperti wilayah pesisir utara Jawa, sebagian Sumatera dan sebagian Kalimantan, agama Islam juga disebarkan.
Penyebaran Agama Islam di Jawa sangat berhasil. Cara dakwah Sunan Kalijaga dikenal dengan menggunakan seni wayang kulit. Sunan Kalijaga menyadari bahwa cerita wayang berasal dari Hindu India, tetapi beliau mampu menyesuaikan dan memasukkan ajaran Islam di dalamnya. Dengan cara ini ajaran Sunan Kalijaga nudah diterima masyarakat luas.
Perkembangan ekonomi Demak sajalan dengan luas wilayah dan perkembangan perdagangan menjadi semakin maju. Banyak barang yang berasal dari Demak berupa beras dikirim ke Malaka. Ketika Malaka dikuasai Portugis, Demak merasa ikut dirugikan. Berkaitan dengan peristiwa tersebut, pada tahun 1513 Masehi Demak menyerang Portugis ke Malaka. Penyerangan ini dipimpin oleh putra mahkotanya sendiri yang bernama Pati Unus.
Demak mengirimkan 100 kapal perang dengan ribuan prajurit yang berasal dari Demak, Palembang dan Aceh. Penyerangan ini dilakukan dari utara Selat Malaka yaitu dari Demak - Selat Sunda - Panta barat Sumatera - aceh - Selat Malak - Malaka. Dalam penyerangan ini, Demak dibantu oleh Kerajaan Palembang dan Aceh. Karena faktor jarak yang terlalu jauh dan peralatan perang yang kurang seimbang, penyerangan tidak berhasil.
Kegagalan penyerangan ini membuat Demak semakin waspada tentang beratnya ancaman Portugis. Untuk itu segera menngkatkan pertahanannya dengan meningkatkan jumlah prajurit dan kapal-kapal perangnya. Raden Patah wafat tahun 1518 M, kemudian digantikan oleh putra Mahkotanya Raden Pati Unus.
2. Pati Unus ( 1518 - 1521 M )
Pati Unus berkuasa tahun 1518 M sampai tahun 1521 M. Karena jasanya memimpin armada Demak dalam penyerangan ke Malaka, Pati Unus mendapatkan sebutan "Pangeran Sabrang Lor". Pemerintahan Pangeran Sabrang Lor tidak berlangsung lama, karena setelah 3 tahun memerintah beliau sakit dan wafat tahun 1521 M. Pati Unus meninggal tanpa menurunkan anak. Sebagai penggantinya adalah adiknya yang bernama Raden Trenggono yang kemudian bergelar Sultan Trenggono.
3. Sultan Trenggono ( 1521 - 1546 )
Sultan Trenggono adalah adik Pati Unus dan putra ketiga Raden Patah. Di bawah pemerintahannya wilayah Demak bertambah luas. Tahun 1522, armada laut Demak di bawah pimpinan Fatahillah (Faletehan) mengadakan penyerangan dimulai dari Banten, Sunda Kelapa, kemudian ke Cirebon. Ketiga daerah ini semula berada di bawah kekuasaan Kerajaan Pajajaran. Pada saat itu juga Portugis bekerja sama dengan Pajajaran untuk menguasai Sunda Kelapa.
Pada tahun 1527 M, Demak berhasil merebut Sunda Kelapa dari tangan Portugis. Dalam pertempuran ini, Portugis mengalami kekalahan. Fatahillah menggantikan nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta. Saat pemindahan nama ini ditetapkan sebagai berdirinya kota DKI Jakarta.
Berkat keberhasilan keberhasilan Demak memperluas wilayahnya ke barat, Sultan Trenggono merencanakan perluasan wilayahnya ke timur. Tujuan utamanya adalah Pasuruan Jawa Timur. Tetapi, Sultan Trenggono tidak berhasil bahkan wafat pada tahun 1546 M.
Sepeninggal Sultan Trenggono, di Demak terjadi perebutan kekuasaan antara putra sulung Sultan Trenggono yang bernama Sunan Prawoto dengan Pangeran Sekar, kakak Sultan Trenggono. Pangeran Sekar kalah dan meninggal, Kemudian, Sunan Prawoto menjadi raja Demak.
Sunan Prawoto tidak lama menjadi raja di Demak, terjadi pemberontakan oleh Arya Penangsang anak Pangeran Sekar. Dalam peperangan itu, Sunan Prawoto gugur. Arya Penangsang mendapat perlawanan dari menantu Sultan Trenggono yang bernama Pangeran Hadiri (Sultan Kalinyamat), tetapi tidak berhasil. Pangeran Hadiri meninggal oleh Arya Penangsang..
Perlawanan dilanjutkan oleh Joko Tingkir, menantu Sultan Trenggono yang berasal dari Tingkir Salatiga. Dengan siasat yang diajarkan Ki Ageng Pemanahan. Pemberontakan Arya Penangsang (Adipati Jipang) dapat dipadamkan.
Siasat tersebut antara lain dengan menampilkan Sutawijaya, anak Ki Ageng Pemanahan yang baru berusia 16 tahun dijadikan sebagai Panglima perang. Akibatnya, Arya Penangsang tidak tega membunuh, tetapi justru sebaliknya Arya Penangsang terbunuh o;eh Sutawijaya.
Berkat jasanya mengalahkan Arya Penangsang, Ki Ageng Pemanahan mendapat hadiah wilayah di daerah Mataram yaitu Kota Gede dan sekitarnya. Sutawijaya dijadikan anak angkat Joko Tingkir. Setelah menjadi raja, Joko Tingkir memindahkan pusat pemerintahan Demak ke Pajang. Beberapa alasan Joko Tingkir memindahkan pusat kerajaan ke Pajang adalah:
  1. Kerajaan Demak mengalami kehancuran total akibat perang saudara yang berlarut-larut.
  2. Mendekati daerah pertanian yang subur yaitu di sekitar Surakarta dan Klaten.
  3. Menjauhi musuh-musuh politiknya yang ada di sekitar Demak.
  4. Mendekati daerah pendukungnya yaitu di sekitar Tingkir dan Pajang.
3 raja itulah yang pernah berkuasa di Kerajaan Demak Bintoro.
http://www.reocities.com/rakyatjawa/kingdom/demak-pajang.gif
http://nassirunpurwokartun.files.wordpress.com/2012/04/caki-50.jpg
http://img.docstoccdn.com/thumb/orig/120000453.png

Sunan Kalijaga adalah seorang tokoh Wali Songo yang sangat lekat dengan Muslim di Pulau Jawa, karena kemampuannya memasukkan pengaruh Islam ke dalam tradisi Jawa. Makamnya berada di Kadilangu, Demak.
Riwayat
Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Dengan demikian ia mengalami masa akhir kekuasaan Majapahit (berakhir 1478), Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon dan Banten, bahkan juga Kerajaan Pajang yang lahir pada 1546 serta awal kehadiran Kerajaan Mataram dibawah pimpinan Panembahan Senopati. Ia ikut pula merancang pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak. Tiang “tatal” (pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiang utama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga.
Kelahiran
Sunan Kalijaga diperkirakan lahir pada tahun 1450 dengan nama Raden Said. Dia adalah putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilwatikta atau Raden Sahur. Nama lain Sunan Kalijaga antara lain Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban, dan Raden Abdurrahman. Berdasarkan satu versi masyarakat Cirebon, nama Kalijaga berasal dari Desa Kalijaga di Cirebon. Pada saat Sunan Kalijaga berdiam di sana, dia sering berendam di sungai (kali), atau jaga kali.
Silsilah
Mengenai asal usul beliau, ada beberapa pendapat yang menyatakan bahwa beliau juga masih keturunan Arab. Tapi, banyak pula yang menyatakan ia orang Jawa asli. Van Den Berg menyatakan bahwa Sunan Kalijaga adalah keturunan Arab yang silsilahnya sampai kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Sementara itu menurut Babad Tuban menyatakan bahwa Aria Teja alias ‘Abdul Rahman berhasil mengislamkan Adipati Tuban, Aria Dikara, dan mengawini putrinya. Dari perkawinan ini ia memiliki putra bernama Aria Wilatikta. Menurut catatan Tome Pires, penguasa Tuban pada tahun 1500 M adalah cucu dari peguasa Islam pertama di Tuban. Sunan Kalijaga atau Raden Mas Said adalah putra Aria Wilatikta. Sejarawan lain seperti De Graaf membenarkan bahwa Aria Teja I (‘Abdul Rahman) memiliki silsilah dengan Ibnu Abbas, paman Muhammad. Sunan Kalijaga mempunyai tiga anak salah satunya adalah Umar Said atau Sunan Muria.
Pernikahan
Dalam satu riwayat, Sunan Kalijaga disebutkan menikah dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishak, dan mempunyai 3 putra: R. Umar Said (Sunan Muria), Dewi Rakayuh dan Dewi Sofiah.
Berda’wah
Menurut cerita,Sebelum menjadi Walisongo,Raden Said menjadi seorang perampok yang selalu mengambil hasil bumi di gudang penyimpanan Hasil Bumi.Dan hasil rampokan itu akan ia bagikan kepada orang-orang yang miskin.Suatu hari,Saat Raden Said ke hutan,ia melihat seseorang kakek tua yang bertongkat.Orang itu adalah Sunan Bonang.Karena tongkat itu dilihat seperti tongkat emas,ia merampas tongkat itu.Katanya,hasil rampokan itu akan ia bagikan kepada orang yang miskin.Tetapi,Sang Sunan Bonang tidak membenarkan cara itu.Ia menasihati Raden Said bahwa Allah tidak akan menerima amal yang buruk.Lalu,Sunan Bonang menunjukan pohon aren emas dan mengatakan bila Raden Said ingin mendapatkan harta tanpa berusaha,maka ambillah buah aren emas yang ditunjukkan oleh Sunan Bonang.Karena itu,Raden Said ingin menjadi murid Sunan Bonang.Raden Said lalu menyusul Sunan Bonang ke Sungai.Raden Said berkata bahwa ingin menjadi muridnya.Sunan Bonang lalu menyuruh Raden Said untuk bersemedi sambil menjaga tongkatnya yang ditancapkan ke tep sungai.Raden Said tidak boleh beranjak dari tempat tersebut sebelum Sunan Bonang datang.Raden Said lalu melaksanakan perintah tersebut.Karena itu,ia menjadi tertidur dalam waktu lama.Karena lamanya ia tertidur,tanpa disadari akar dan rerumputan telah menutupi dirinya.Tiga tahun kemudian,Sunan Bonang datang dan membangunkan Raden Said.Karena ia telah menjaga tongkatnya yang ditanjapkan ke sungai,maka Raden Said diganti namanya menjadi Kalijaga.Kalijaga lalu diberi pakaian baru dan diberi pelajaran agama oleh Sunan Bonang.Kalijaga lalu melanjutkan dakwahnya dan dikenal sebagai Sunan Kalijaga.
Dalam dakwah, ia punya pola yang sama dengan mentor sekaligus sahabat dekatnya, Sunan Bonang. Paham keagamaannya cenderung “sufistik berbasis salaf” -bukan sufi panteistik (pemujaan semata). Ia juga memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah.
Ia sangat toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara bertahap: mengikuti sambil mempengaruhi. Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama hilang. Tidak mengherankan, ajaran Sunan Kalijaga terkesan sinkretis dalam mengenalkan Islam. Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Beberapa lagu suluk ciptaannya yang populer adalah Ilir-ilir dan Gundul-gundul Pacul. Dialah menggagas baju takwa, perayaan sekatenan, garebeg maulud, serta lakon carangan Layang Kalimasada dan Petruk Dadi Ratu (“Petruk Jadi Raja”). Lanskap pusat kota berupa kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini pula dikonsep oleh Sunan Kalijaga.
Metode dakwah tersebut sangat efektif. Sebagian besar adipati di Jawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga; di antaranya adalah adipati Pandanaran, Kartasura, Kebumen, Banyumas, serta Pajang.
Wafat
Ketika wafat, beliau dimakamkan di Desa Kadilangu, dekat kota Demak (Bintara). Makam ini hingga sekarang masih ramai diziarahi orang.
sumber: wikipedia
http://dinsos.jatengprov.go.id

Hal terbaik yang bisa anda lakukan untuk orang lain bukanlah membagikan kekayaan anda, tetapi membantu ia untuk memiliki kekayaannya sendiri.
"Benjamin Disraeli"
Semarang. Indonesia berhasil membukukan pertumbuhan positif dalam sepuluh tahun terakhir. Sepanjang 2003-2013, pertumbuhan ekonomi berhasil mengangkat 8,75 juta orang dari garis kemiskinan. Pada 2003, angka kemiskinan mencapai 37,30 juta jiwa dan turun menjadi 28,55 juta pada 2013. Prestasi ini cukup menggembirakan, tetapi belum memuaskan.
Kemiskinan hingga saat ini masih merupakan masalah besar bangsa Indonesia yang belum bisa terpecahkan secara tuntas. Sehingga dengan demikian Program Penanggulangan Kemiskinan baik di Indonesia pada umumnya maupun di Provinsi Jawa Tengah pada khususnya tetap  merupakan salah satu program yang mendesak untuk dilakukan.  
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS, September 2013) jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah sebanyak 4.704.870 jiwa atau 14,44 % dari total penduduk Jawa Tengah.
Sudah banyak program penanggulangan kemiskinan yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Di tahun 2013 Pemerintah melaksanakan program Percepatan dan Perluasan Perlindungan Sosial (P4S) dan Program Khusus lainnya dalam upaya menanggulangi permasalahan kemiskinan yang muncul akibat adanya pengurangan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM).
Program P4S yang dilaksanakan berupa yang terdiri dari Raskin, Bantuan siswa Miskin dan Program Keluarga Harapan. Sedangkan Program khusus lainnya berupa Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) dan Program Percepatan dan Perluasan Pembangunan Infrastruktur (P4I).
Untuk Provinsi Jawa Tengah pelaksanaan Program P4S dan program khusus lainnya di tahun 2013 dilaksanakan sebagai berikut:
A.     Raskin
ØTujuan diberikannya Raskin adalah untuk Mengurangi beban pengeluaran Rumah Tangga Sasaran (RTS) melalui pemenuhan sebagian kebutuhan pangan pokok dalam bentuk beras.
ØSasaran Program RASKIN di Jateng Tahun 2013 adalah berkurangnya beban pengeluaran 2.482.157 RTS berdasarkan data PPLS-11 BPS yang dikelola dalam Basis Data Terpadu TNP2K dalam mencukupi kebutuhan pangan beras melalui pendistribusian beras bersubsidi sebanyak 180 Kg/RTS/tahun atau setara dengan 15 kg/RTS/bulan dengan harga tebus Rp1.600,00/kg netto di Titik Distribusi (TD).
B.     Bantuan Siswa Miskin (BSM)
ØBSM adalah bantuan dari Pemerintah berupa sejumlah bantuan personal yang diberikan secara langsung kepada siswa dari semua Jenjang Pendidikan (SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA) yang berasal dari keluarga miskin dan rentan miskin sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Tujuan dilaksanakannya program BSM ini adalah menghilangkan halangan bagi siswa miskin untuk memperoleh akses layanan pendidikan; mencegah angka putus sekolah & menarik siswa miskin untuk bersekolah kembali; membantu siswa miskin memenuhi kebutuhan personal dalam kegiatan pendidikan dan mendukung penuntasan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun dan pendidikan menengah universal. Sedangkan manfaat dari dilaksanakannya program BSM ini adalah anak miskin dapat tetap mengakses pelayanan pendidikan terutama dalam penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun dan pendidikan menengah universal.
ØSasaran program BSM di Provinsi Jawa Tengah adalah 1.040.400 siswa SD, 398.300 siswa SMP dan 176.200 siswa SMA.
C.     Program Keluarga Harapan (PKH)
ØPKH adalah program pemberian bantuan tunai kepada rumah tangga sangat miskin berdasarkan persyaratan dan ketentuan yang telah ditetapkan dengan melaksanakan kewajiban. Tujuan dari pelaksanaan program PKH ini adalah mengurangi angka dan memutus rantai kemiskinan; meningkatkan status kesehatan ibu dan anak di Indonesia; dan meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan. Sedangkan manfaat dari pelaksanaan program PKH ini adalah memberikan tambahan pendapatan income effect; memutus tali rantai kemiskinan melalui price effect dan insurance effect; mengurangi pekerja anak; meningkatkan pelayanan publik dan percepatan pencapaian MDGs.
ØSasaran atau lokasi pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di Provinsi Jawa Tengah meliputi 24 Kabupaten/Kota yaitu: Kab. Cilacap, Brebes, Wonogiri, Pemalang, Sragen, Semarang, Rembang, Karanganyar, Purworejo, Magelang, Temanggung, Demak, Tegal, Kendal, Banyumas, Klaten, Sukoharjo, Pati, Kudus, Batang, Pekalongan, Kota Pekalongan, Kota Salatiga dan Kota Semarang dengan total realisasi Rp. 728.984.724.000,- (Tujuh ratus dua puluh delapan  milyar sembilan ratus delapan puluh empat juta tujuh ratus dua puluh empat rupiah) dengan sasaran 415.720 RTSM.
D.     Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM)
ØBLSM merupakan bantuan tunai langsung sementara untuk membantu mempertahankan daya beli Rumah Tangga  Miskin dan rentan agar terlindungi dari dampak kenaikan harga akibat penyesuaian harga BBM Mekanisme pembayaran BLSM dibagi menjadi 2 kali yaitu pembayaran pertama pada bulan Juni – Juli 2013 sebesar Rp 300.000 dan pembayaran ke dua pada bulan September 2013 sebesar Rp 300.000 melalui PT.Pos Indonesia dimana dalam pelaksanaannya melibatkan Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK). Manfaat dari dilaksanakannya program BLSM ini adalah untuk  meringankan beban Rumah Tangga Miskin dalam memenuhi kebutuhan hidup, transportasi dan keperluan lain dan merupakan solusi jangka pendek untuk menhindarkan masyarakat miskin dari menjual aset, berhenti sekolah dan mengurangi konsumsi makanan yang bergisi.
ØSasaran pelaksanaan program BLSM di Provinsi Jawa Tengah sebanyak 2.482.157 RTS dengan jumlah  nominal Rp. 744.647.100.000 (Tujuh ratus empat puluh empat milyar enam ratus empat puluh tujuh juta seratus ribu rupiah). Realisasi pencairan BLSM  tahap I di Provinsi Jawa Tengah sebanyak 2.470.375 RTS dengan jumlah nominal sebesar Rp. 741.112.500.000,- (Tujuh ratus empat puluh satu milyar seratus dua belas juta lima ratus ribu rupiah). Sedangkan untuk realisasi BLSM Tahap II sebanyak 2.466.850 RTS dengan nominal                   Rp. 740.055.000.000,- (Tujuh ratus empat puluh milyar lima puluh lima juta rupiah). Adanya sisa realisasi yang tidak dicairkan diantaranya disebabkan karena proses pendataan yang tidak tepat sasaran, dan adanya perubahan sasaran, yang awalnya di tahap I masuk dalam RTS kemudian setelah mendapatkan BLSM taraf kehidupannya menjadi meningkat.
Selain program-program tersebut, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui Dinas Sosial sudah melaksanakan program penanggulangan kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah yang dilaksanakan dengan alokasi dana dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) maupun Anggaran Belanja Pendapatan Negara (APBN). Untuk tahun 2014, program penanggulangan kemiskinan yang dilakukan oleh Dinas Sosial Provinsi     Jawa Tengah adalah:
Ø  Program Peningkatan Kemampuan dan Ketrampilan Keluarga Rawan Sosial Ekonomi (PKK-KRSE) sebanyak 3.500 KK (350 KUBE) yang tersebar di 17 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah (Kota Semarang, Kab. Grobogan, Kab. Blora, Kab. Jepara, Kab. Boyolali, Kab. Klaten, Kab. Wonogiri, Kab. Karanganyar, Kab. Pati, Kab. Banjarnegara, Kab. Banyumas, Kab. Cilacap, Kab. Kebumen, Kab. Pemalang, Kab. Kendal, Kab. Pekalongan dan Kab. Brebes) dengan anggaran Rp. 4.250.000.000,- (Empat milyar dua ratus lima puluh juta rupiah) dari APBD Provinsi          Jawa Tengah. Dari 3.500 KK calon penerima manfaat akan dibentuk Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dengan perincian 240 KUBE KRSE dan 110 KUBE WRSE.
Ø  Program penanganan fakir miskin melalui kegiatan Pemberdayaan Sosial Komunitas Adat Terpencil (PS-KAT) sebanyak 200 KK (20 KUBE) yang tersebar di 5 Kabupaten yang meliputi Kabupaten Grobogan, Kabupaten Blora, Kabupaten Sragen, Kabupaten Kendal dan Kabupaten Wonosobo dengan anggaran sebesar Rp. 400.000.000,- (empat ratus juta rupiah).
Ø  Penanggulangan Kemiskinan Perdesaan dengan jumlah nominal             Rp. 3.377.000.000,- (Tiga milyar tiga ratus tujuh puluh tujuh juta rupiah) dengan sasaran 1.200 orang yang tergabung dalam 120 KUBE yang akan mendapat fasilitasi bantuan @ Rp. 20.000.000,- (Dua puluh juta rupiah) dengan lokasi kegiatan di Kabupaten Temanggung, Purworejo, Blora dan Jepara.
Ø  Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan dengan jumlah nominal             Rp. 2.350.520.000,- (Dua milyar tiga ratus lima puluh juta lima ratus dua puluh ribu rupiah) dengan sasaran 800 orang yang tergabung dalam 80 KUBE yang akan mendapat fasilitasi bantuan @ Rp. 20.000.000,- (Dua puluh juta rupiah) dengan lokasi kegiatan di Kabupaten Demak, Pati dan Kota Pekalongan.
Meskipun telah banyak program penanggulangan kemiskinan yang dilakukan, ternyata jumlah penduduk miskin tidak mengalami penurunan secara signifikan. Menurut kajian yang dilakukan oleh Balitbang Provinsi Jawa Tengah, kendala yang dihadapi dalam melaksanakan penanggulangan kemiskinan dapat diklasifikasikan dalam skala kebijakan, konsep, implementasi dan partisipasi.
Dari sisi kebijakan, banyak kebijakan yang dikeluarkan antar kementerian dan antar dinas yang sama-sama bertujuan untuk  menanggulangi kemiskinan tidak sinergis. Pada sisi konsep dan implementasi, program penanggulangan kemiskinan yang dibuat sering tidak tepat sasaran serta tidak adanya evaluasi terhadap keberhasilan program tersebut.
Meningkatnya anggaran dan kegiatan kemiskinan tidak sebanding dengan penurunan kemiskinan. Di satu sisi, politik anggaran baik di Pusat maupun Daerah belum mendukung program penanggulangan kemiskinan karena adanya kendala dalam menetapkan sasaran penanggulangan kemiskinan karena adanya kendala dalam menetapkan sasaran penanggulangan kemiskinan.
Sementara itu juga terdapat kendala yang muncul dari masyarakat miskin itu sendiri, terkait dengan pola pikir, perilaku dan budaya yang tidak mendukung perubahan. Sikap mental yang tidak mau berubah ini menjadi tantangan utama.
Pembangunan pola pikir dan sikap mental ini merupakan salah satu langkah yang sangat penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Maka dalam konsep kebijakan penanggulangan kemiskinan, pemberdayaan perlu menjadi pendekatan utama dengan menguatamakan konsep kemandirian. Penanggulangan kemiskinan sebaiknya tidak mengandalkan pemberian langsung seperti Raskin dan BLSM, namun lebih mengutamakan unsur produktif yang tepat sasaran dan spesifik yang salah satunya bisa dilakukan melalui fasilitasi Usaha Ekonomi Produktif (UEP) melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE).
Kunci keberhasilan penanggulangan kemiskinan dengan konsep peningkatan produktivitas ini adalah tersedianya pasar bagi produk-produk masyarakat miskin tersebut. Untuk melaksanakan program penanggulangan kemiskinan yang terintegrasi untuk menuju masyarakat    Jawa Tengah yang semakin sejahtera, berdikari dan hebat, perlu dukungan dari berbagai pihak, terutama dukungan dari Pimpinan Daerah dan adanya sinergitas antara  Pemerintah, Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS),  Koperasi, Dunia Usaha, Perguruan Tinggi  dan Organisasi Sosial/Lembaga Swadaya Masyarakat di Jawa Tengah.
(**Penulis: Diyani Kusumawati, Bidang Pemberdayaan Sosial)